Senin, 23 Januari 2017

LIRIK PENERBIT

Penerbit mana yang mau kita kirimin naskah?

Monggo. Pilih yang kita suka. Ada ratusan penerbit di negeri tercinta ini. Lirik yang kita mau. Kalau gak punya koneksi orang dalam penerbitan, ya mbok cari sendiri, toh!
Sebagian dari penerbit punya website yang bisa kita pantengin. Kalo kita minat, ya sudah tawarin diri kita pada mereka.

Aktif di milis or komunitas penulis juga bisa jadi sarana dapatin info penerbit. Biasanya, para penerbit suka kirim info cari naskah. Baca deh ketentuan sama syarat yang diberikan penerbit. Kalo kita ngerasa cocok, langsung kirim deh si naskah.

Jangan lupa doa biar sukses sampe ke meja redaksi.

SISTEM PEMBAYARAN 

Terus gimana sistem pembayarannya? Ada penerbit yang beli putus, ada yang sistem royalti misalnya 10 – 15 persen. Kalo royalti yang kita dapat sebesar 10 persen, artinya kita dapat sepersepuluh dari harga buku yang terjual.

Normally, pembayaran royalti dilakukan per semester alias 6 bulan sekali. Biasanya kalo penulis baru, posisi tawarnya alias bargaining positionnya rendah alias kita cuma bisa terima nasib #eh

Maksudnya kita cuma bisa terima begitu saja. Soalnya kita belum bisa negosiasi. Later, kalo kita udah punya nama, baru deh bisa bernegosiasi.

Yuk, mulai lirik penerbit yang bonafid. Jangan tertipu sama penerbit yang suka ngulur-ngulur pembayaran royalti.

Carilah penerbit yang mengutamakan kesejahteraan penulisnya.

Biasanya, penerbit yang gede dan cihuy sudah punya sistem yang keren. Ya... mungkin mereka akan lama memproses naskah kita. Tapi kita AMAN.

Enjoykanlah!
Source: Internet

NB. Saya lagi bahagia karena dapat kabar naskah lolos salah satu penerbit cihuy. Alhamdulillah. :)

Jumat, 20 Januari 2017

NASKAH UDAH JADI TERUS DIAPAIN?

Yippie... akhirnya masterpiece kelar. Naskah udah rampung. Kita sorak segembira mungkin. Rayakan keberhasilan karena mampu sampe garis finish. Eh... beneran ya? Feel the same? Seneng banget kalo naskah kita udah jadi.

Terus kalo udah jadi mesti gimana? Percantiklah tampilan naskah yang kita buat biar penerbit melirik. Caranya bisa dengan menambahkan endorsment pada naskah tersebut.

Kalian pernah lihat di sampul belakang buku suka nemuin komentar-komentar dari artis atau orang terkenal? Nah, itu namanya endorser!

Buku-buku saya seperti "EO For Teen, Prince n Princess Kisah 1001 Malam, dan beberapa lainnya pake endorser. Ada yang dari temen penulis, ada yang dari pengamat perbukuan. Ngefek banget sih menurut saya mah. Pernah buku saya yang sempat jadi best seller diendors sama orang wow. Eh... jangan-jangan karena si WOW itu buku saya jadi best seller ya ^_^

Endorser itu bisa buat promosiin naskah buku. Endorser bisa siapa saja. Namun, biasanya orang-orang terkenal semacam artis, tokoh politik, atlit olahraga, pengusaha, sutradara, pengamat seni, penulis.

Dapetin endorser caranya gimana? Gampang! Kita gak harus kenal calon endorser kok. Kita bisa cari data endorser yang kita mau di internet. Bisa lewat web, milis penulis, komunitas seni, dan lainnya.

Ngomong-ngomong tentang endorser, laki-laki yang sekarang jadi suami saya itu awalnya dari pedekate permintaan endors, lho! Hahay... hebat ya? Dua tujuan tercapai. Sukses dapat endors plus bisa jadi pasangan hidup. Yang kepo ceritanya bisa komen di bawah ya. Siapa tahu saya nanti bikin postingan khusus tentang ini hihihi *Please jangan muntah semuanya*

Eniwei... kalo pun naskah kita mau dibaca oleh first reader dulu, please learn to take criticism and seek it out at every opportunity. Don’t get upset, even if you think the criticism is harsh. Lah... tujuan dibaca kan salah satunya untuk dapat masukan ya? bener apa bener?

Don’t be offended even if you think it’s wrong.Terpenting always thank those who take the time to offer it. Jarang lho ada orang yang mau baca naskah kita sampe finish tanpa dibayar kecuali teman tercihuy kita.

Nah, si naskah udah ada endorsernya. Makin mantaplah naskah buku kita. Terus langkah selanjutnya adalah lirik penerbit. Ada banyak ratusan penerbit di Indonesia. Pilih aja yang kita suka....

Kamis, 19 Januari 2017

TIPS MENULIS ALA EMAK

"Kok masih bisa nulis padahal punya bocil aktif? Gimana bagi waktunya, Mbak?"
"Mbak kan punya 2 balita super aktif, dagang pula, kapan nulisnya? Itu bukunya ada lagi yang terbit?"

Gak sekali dua kali saya mendapat pertanyaan seperti itu. Hmm... gak plek kayak gitu. Kurang lebih seperti itu redaksinya. Para penanya suka heran karena saya masih bisa menulis (produktif) walaupun nulis status facebook padahal kayaknya termasuk emak super rempong.

Eh tapi beneran... beberapa buku saya yang terbit, proses pengerjaannya ketika saya sedang hamil, kondisi menyusui, bahkan buku seri Sparkling Princess, saya kerjakan ketika si dua anak aktif ini lagi kondisi sibling rivalry, dan buku “Pesan Nabi” dibikin ketika proses weaning baby B. See... rempong tak terbantahkan ya.

Begini.... saya kasih tahu ya!

<3Buat Target
Saya punya target misalnya bikin cerpen dan kirim ke media per minggu. Nah, dulu waktu zaman masih single, saya punya target harian bikin satu cerpen. Gak kerasa itu bisa jadi bank naskah, lho! Memang gak bisa bagus atau keren seketika. Si tulisan mesti diendapkan biar nanti ketahuan mana yang enak or gak (penyuntingan). Learn the rules of good writing pokonya mah.

<3 Komitmen Menulis
Bagi saya, menulis memang menjadi ladang penghasilan. Jadi, mau gak mau, terpaksa atau gak, saya mesti menulis biar periuk nasi tetap terisi. Hihihi...

<3 Rajin Cari Peluang
Punya kuota internet yang banyak bisa dimanfaatkan buat kepoin web nya para penerbit, medsosnya para pegiat literasi, atau ikutan milis, grup, or komunitas menulis. Biasanya, saya mendapat info-info peluang nulis ya dari situ. Lihat syarat dan ketentuannya.... CLING! Kirim deh naskahnya. Sambil nunggu si naskah dapat kabar, ya cari peluang lainnya!

<3 Jadwal Mulus, Anak keurus
Pasca jadi emak-emak bahagia, jadwal nulis saya pun bergeser. Kalo dulu, sepulang kerja bisa nulis seharian, ketika weekend bisa nulis sampe pagi. Beres nulis langsung tidur seharian. Bablas!

Nah, kalo sekarang? Saya gak bisa egois. Nulis sepanjang waktu terus tidur seharian, sementara anak-anak terbengkalai #eh. So, jadwal saya kayak burung hantu tetep gak berubah. Tapi, saya mesti harus bangun pagi juga buat para bocil. Hi.... I am an Owl!

<3 Try Not to Edit While You’re Creating Your First Draft
Saya sih gak pernah ngebiasain edit tulisan langsung. Maksudnya, kan ada tuh orang yang nulis selesai bab 1 terus edit. Lanjut bab 2 lalu edit lagi. Kalo saya mah gak gitu.

Creating and editing are two separate processes using different sides of the brain, and if you try doing both at once you’ll lose. Seriusan. Nulis aja dulu. Kalo udah kelar, baru deh penyuntingan.

<3 Buat bekal amal
Pasca menikah, tujuan nulis saya udah beda banget. Kalo awal terjun ke dunia penulisan tujuannya buat eksis dan aktualisasi diri, sekarang lebih condong ke persiapan buat kelak (wih... berat amat, Mak!).

Saya gak mau tulisan yang dibikin malah membuat orang jadi maksiat atau lupa kebaikan. Saya penginnya nulis itu bisa jadi amal kebaikan saya di akhirat (hiks!)

Tips menulis ala emak daster user ini gak mesti plek diikuti ya. Saya posting ini buat penyemangat semua orang yang pengin jadi penulis. Khususon buat para emak yang pengin kembangin bakat menulisnya.

Enjoykanlah!

Selasa, 10 Januari 2017

MENULIS ITU MUDAH!

"Menulis mah gampang pisan!"
"Menulis... pekerjaan yang menyenangkan dan menghasilkan!"
"Bikin cerpen... satu jam juga beres!"

Kalimat tersebut pastinya muncul dari orang yang memang hobi menulis dan orang yang sudah “jadi” penulis. Bagi mereka, pekerjaan yang menyenangkan dan memberikan penghasilan ya memang menulis.

Namun, bagi teman-teman yang baru sebatas punya keinginan menjadi penulis, pastinya punya pendapat yang berbeda.

"Hiks... kok buntu tulisannya!"
"Aduh... gimana caranya mencari ide yang keren biar tulisannya jadi bagus!"
"Kok susah, sih! Mana waktunya mepet nulisnya!"

Memang bagi young writers alias penulis pemula -atau pemula dalam hal apa pun- selalu merasa mengerjakan apa pun sulit. Plus ada saja kendalanya. Belum lagi ide yang sulit didapat atau menulisnya tergopoh-gopoh.

Kalaupun sudah menjadi tulisan selalu merasa garing. Belum menarik atau writeable. Sedihnya lagi, menganggap sudah tak ada ide. Karena ide tulisan yang didapat sudah ada orang lain yang membuatnya.

Lho... memangnya ide bisa habis? Gak sama sekali! Justru ide baru akan terus bermunculan seiring dunia yang masih terus ada. Misalnya saja, tentang masakan. Huaah... berapa banyak chef-chef baru yang bermunculan menyajikan resep anyar.

Nah, jelas banget kalau ide justru gak pernah habis. Gak mesti mencari ide yang bombastis atau fantastis atau spektakuler ketika membuat sebuah buku bagi young writers. Memang sih ketika kita menulis buku pertama kali, penginnya pembaca memandang wah ide kita.

"Keren banget! Penulis baru tapi idenya luar biasa!"
"Wah... calon penulis best seller nih. Karyanya bombastis! Kalah deh penulis profesional!"

Dan segala sanjungan puja puji bikin semriwing hati.

Terus bagaimana mendapatkan ide biasa yang bikin tulisan jadi luar biasa? Hmm... banyak ide di mana-mana.

To be continued.

Minggu, 08 Januari 2017

Karya di Mombi

Mengumpulkan arsip cernak yang pernah dimuat di majalah Mombi. Sayangnya, ada beberapa yang tercecer. Dokumentasi ini dibuat sebagai penyemangat agar terus berkarya dan gak malas kirim-kirim lagi ke media ^_^






Minggu, 01 Januari 2017

Mejeng di Bobo

Sedang mengumpulkan karya yang pernah terbit di media. Berikut yang pernah terbit di Bobo.
Moga saya gak males kirim kirim naskah lagi. Moga bisa dimuat lagi. Aamiin.

Updated news:

Alhamdulillah pecah telur 2017 tembus Bobo lagi.  Judulnya "Rumah Baru Beru"